Nilai tukar rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot
Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) sepanjang Maret 2014 mengalami
apresiasi sebesar 230 poin atau sekitar 1,98 persen.
Diolah dari data di situs resmi BI, posisi rupiah pada akhir Februari 2014 berada di level Rp11.634 per US. Sementara rupiah pada 28 Maret 2013 melesat ke level Rp11.404 per USD.
Adapun posisi rupiah terkuat sepanjang bulan ketiga tahun ini berada pada level Rp11.272 per USD, yang terjadi 17 Maret 2014. Apresiasi rupiah tertinggi tersebut seiring melejitnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari itu.
IHSG pada hari itu ditutup melonjak 152,48 poin atau 3,23 persen ke level 4.878,64, padahal pada awal perdagangan dibuka negatif. Penguatan IHSG yang sudah terbentuk sejak pagi didukung banyaknya dana asing yang masuk ke pasar modal Indonesia dan membaiknya kondisi makroekonomi Indonesia.
Sementara posisi rupiah terlemah pada bulan ini terjadi pada 4 Maret 2014. Saat itu, posisi rupiah berada di level Rp11.647 per USD. Melemahnya mata uang domestik dipengaruhi konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina dan kembali defisitnya neraca perdagangan Indonesia.
Adapun laju rupiah pada pekan kemarin berhasil menguat. Menurut Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada, menguatnya rupiah pasca dirilisnya penurunan indeks manufaktur China karena memanfaatkan terapresiasinya yuan setelah salah satu pejabat memberikan komentarnya terkait kemungkinan pelonggaran moneter untuk mengantisipasi perlambatan ekonomi China.
"Di sisi lain, sentimen positif juga datang dari respon terhadap kesiapan pemerintah dan BI dalam menghadapi kebijakan moneter the Fed," ujar dia, Senin (31/3/2014).
Menurut dia, menguatnya beberapa mata uang emerging market yang terimbas terapresiasinya yuan, meski ekonomi China dinilai masih dalam perlambatan memberikan sentimen positif bagi penguatan lanjutan rupiah. Padahal yuan sempat melemah karena sentimen tersebut, namun dapat terangkat meski tipis setelah PboC menaikkan reference rate yuan.
Sementara pada pekan ini, rupiah diprediksi masih akan menguat dalam rentang terbatas. Analis pasar keuangan dari Bank Mandiri Reny Eka Putri sebelumnya menuturkan, efek penetapan kurs Jisdor menggantikan kurs referensi non-deliverable forward (NDF) yang berlaku mulai 27 Maret 2014 mempengaruhi penguatan rupiah pekan ini.
Selain itu, kerja sama Bilateral Currency Swap Agreement (BCSA) antara BI dengan Bank Sentral Jepang, Korea Selatan dan China juga berimbas positif pada penguatan rupiah. Dia memprediksi, rupiah pada pekan ini akan bergerak dalam kisaran Rp11.320-11.490 per USD.
Diolah dari data di situs resmi BI, posisi rupiah pada akhir Februari 2014 berada di level Rp11.634 per US. Sementara rupiah pada 28 Maret 2013 melesat ke level Rp11.404 per USD.
Adapun posisi rupiah terkuat sepanjang bulan ketiga tahun ini berada pada level Rp11.272 per USD, yang terjadi 17 Maret 2014. Apresiasi rupiah tertinggi tersebut seiring melejitnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari itu.
IHSG pada hari itu ditutup melonjak 152,48 poin atau 3,23 persen ke level 4.878,64, padahal pada awal perdagangan dibuka negatif. Penguatan IHSG yang sudah terbentuk sejak pagi didukung banyaknya dana asing yang masuk ke pasar modal Indonesia dan membaiknya kondisi makroekonomi Indonesia.
Sementara posisi rupiah terlemah pada bulan ini terjadi pada 4 Maret 2014. Saat itu, posisi rupiah berada di level Rp11.647 per USD. Melemahnya mata uang domestik dipengaruhi konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina dan kembali defisitnya neraca perdagangan Indonesia.
Adapun laju rupiah pada pekan kemarin berhasil menguat. Menurut Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada, menguatnya rupiah pasca dirilisnya penurunan indeks manufaktur China karena memanfaatkan terapresiasinya yuan setelah salah satu pejabat memberikan komentarnya terkait kemungkinan pelonggaran moneter untuk mengantisipasi perlambatan ekonomi China.
"Di sisi lain, sentimen positif juga datang dari respon terhadap kesiapan pemerintah dan BI dalam menghadapi kebijakan moneter the Fed," ujar dia, Senin (31/3/2014).
Menurut dia, menguatnya beberapa mata uang emerging market yang terimbas terapresiasinya yuan, meski ekonomi China dinilai masih dalam perlambatan memberikan sentimen positif bagi penguatan lanjutan rupiah. Padahal yuan sempat melemah karena sentimen tersebut, namun dapat terangkat meski tipis setelah PboC menaikkan reference rate yuan.
Sementara pada pekan ini, rupiah diprediksi masih akan menguat dalam rentang terbatas. Analis pasar keuangan dari Bank Mandiri Reny Eka Putri sebelumnya menuturkan, efek penetapan kurs Jisdor menggantikan kurs referensi non-deliverable forward (NDF) yang berlaku mulai 27 Maret 2014 mempengaruhi penguatan rupiah pekan ini.
Selain itu, kerja sama Bilateral Currency Swap Agreement (BCSA) antara BI dengan Bank Sentral Jepang, Korea Selatan dan China juga berimbas positif pada penguatan rupiah. Dia memprediksi, rupiah pada pekan ini akan bergerak dalam kisaran Rp11.320-11.490 per USD.
Sumber :
0 komentar:
Post a Comment